Jumat, Oktober 02, 2009

Tiang Awan dan Tiang Api

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hari-hari belakangan ini adalah masa yang berat, khususnya dalam kehidupan perekonomian keluarga. Harga barang dan makanan yang melambung yang dipicu karena naiknya BBM, membuat kita sebagai keluarga merasakan beban yang menekan kehidupan. Belum lagi jika beban itu ditambah dengan persoalan yang timbul dari dalam keluarga kita sendiri, baik hubungan antar keluara – suami, isteri dan anak, maupun hubungan kita dengan tetangga, teman kerja, bahkan teman sepersekutuan.

Bagi kita yang bersepakat untuk bersama mengarungi kehidupan berkeluarga, maka pada saat-saat seperti ini adalah kesempatan untuk merenungi kembali bagaimana peran Tuhan di tengah keluarga kita. Ada baiknya kita mengingat kembali bagaimana kita berhasil melalui onak duri pergumulan dan permasalahan di masa lalu. Benarkah semua permasalahan itu dapat terpecahkan karena kehebatan kita semata? Jawaban yang akan kita berikan atas pertanyaan itu, sesungguhnya adalah merupakan gambaran seberapa kita menyadari bahwa Tuhan ada atau tidak ada dalam keluarga kita.

Ada sebuah kisah panjang di dalam Alkitab Perjanjian Lama yang menceriterakan perjalanan Bangsa Israel ketika menuju ke Tanah Perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham, nenek moyang mereka. Setelah menyaksikan kedahsyatan murka Tuhan terhadap Bangsa Mesir, maka mulailah mereka berjalan mengarungi lautan padang pasir yang buas. Siang hari yang sangat panas dan malam hari yang dingin menggigit, tak mungkin dapat dihadapi oleh mereka yang hidup 40 tahun dalam pengembaraan. Untuk itulah maka sejak awal perjalanan, Tuhan berkenan menjaga dan melindungi umat yang dikasihiNya itu dengan Tiang Awan dan Tiang Api[1]. Sungguh merupakan suatu pemandangan yang aneh dan spektakular, karena perlindungan dari Tuhan ini membentang dan dapat dirasakan oleh sekitar 2.000.000 jemaah manusia yang berjalan di siang dan malam. Namun benarkah bangsa itu merasakan kehebatan bimbingan Tuhan ketika mereka melalui masa-masa yang sulit itu? Ternyata tidak demikian halnya. Alkitab menyaksikan betapa keras hati dan sombongnya bangsa itu, sehingga sering melupakan bimbingan Tangan-Nya dan melukai Hati Tuhan. Mereka bahkan berulang-ulang ingin kembali ke Mesir, ke dalam kondisi perbudakan masa lalu yang mereka pikir lebih baik daripada perjalanan dalam pimpinan Tuhan[2]. Tiang Awan dan Tiang Api adalah tanda yang seharusnya dapat dirasakan oleh Bangsa Israel sebagai bukti penyertaan Tuhan kepada mereka. Tanda yang luar biasa itu menggambarkan bahwa Mata Tuhan selalu tertuju kepada para umat pilihanNya.

Tuhan kita yang tidak pernah berubah dari masa dulu, sekarang, dan yang akan datang itu jugalah yang berjanji akan melindungi kita umatNya dalam kehidupan berkeluarga saat ini. Apabila kita mau jujur, maka sesungguhnya kita harus mengakui bahwa jika kita masih ada dan menang atas persoalan hidup selama ini, adalah karena pimpinan dan perlindunganNya. Tuhan sangat mengetahui bahwa ikrar suami dan isteri untuk berjalan bersama dalam kehidupan berkeluarga adalah suatu perjalanan yang panjang. Oleh sebab itu, seperti yang diberikanNya kepada Bangsa Israel maka janji Pimpinan dan PerlindunganNya juga diberikan kepada kita yang mau berjalan bersamaNya. Sayangnya..... kita juga sering bersikap laku seperti Bangsa Israel yang tidak lagi dapat merasakan keberadaan Hadirat-Nya dalam keluarga kita. Kita bahkan sering merasa kepandaian, kekayaan, dan semua kekuatan kita telah menjadi “tuhan” yang mampu menolong kita. Tetapi nyatanya goncangan hidup yang kecil saja sering menyebabkan kita menyesal telah berjalan bersama Tuhan Yesus – dan merindukan kehidupan lama dalam belenggu dosa.

Maukah kita mengakui keberadaanNya dan tunduk pada pimpinanNya yang memampukan kita menuju “Kanaan” di ujung perjalanan keluarga kita? Tidak seharusnya kita terbeban berat.

[1] Keluaran 13: 20 - 21
[2] Keluaran 14: 10 – 12, 16: 2 – 3; Bilangan 11: 4 – 6, 14: 1 – 4, 21: 5

“Dikelilingi-Nya dan diawasiNya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.... demikianlah Tuhan sendiri menuntun dia dan tidak ada allah asing menyertai dia ”. - Musa
(Ulangan 32: 10 - 12)